Alam bertasbih dengan keindahannya. Alam bertasbih dengan keteraturarannya. Alam bertasbih dengan pesonanya. Segala keindahan, keteraturan dan pesona alam bertasbih, menjelaskan keagungan sang penciptannya. Bertasbih, menyucikan Tuhan dari sifat kurang. Keindahan senja sore itu menjelaskan kepada siapa saja yang menyaksikannya bahwa Tuhan yang menciptakan senja yang luar biasa indah adalah Tuhan Yang Maha Kuasa, Yang Maha Sempurna ilmu- Nya.
Siang, malam, senja dan pagi bertasbih. Matahari, udara, laut, ombak dan pasir bertasbih. Semua benda yang ada di alam semesta ini bertasbih, menyucikan asma Allah. Semua telah tahu bagaimana melakukan sholat dan tasbihnya. Dengan sinarnya, matahari bertasbih di peredarannya. Dengan hembusannya udara bertasbih di aliranyya. Dengan gelombangnya, ombak bertasbih di jalannya. Semua telah tahu bagaimana cara menunjukkan tidak ada Tuhan selain Allah yang Maha Kuasa.
Keteraturan alam semesta, langit yang membentang tanpa tiang, pergantian siang dan malam, lautan luas membentang, gunung yang menjulang, awan yang membawa air hujan, air yang menumbuhkan tanam- tanaman, proses penciptaan manusia Sembilan bulan di rahim, binatang- binatang yang menjaga ekosistem dan keteraturan- keteraturan lainnya, itu semua menunjukkan bahwa ada Dzat Yang Maha Kuasa dan Maha Sempurna. Dzat yang kekuasaannya tidak ada batasnya. Dzat yang menciptakkan itu semua. Dan Dzat itu adalah Tuhan Penguasa alam semesta. Dan jelas Tuhan itu hanya boleh satu adanya. Tak mungkin dua, tiga dan seterusnya. Tak mungkin.
Sebab, jika Tuhan itu llebih dari satu pastilah terjadi kerusakan di alam semesta ini. Sebab masing- masing akan merasa paling berkuasa. Masing- masing akan memaksakan keinginan-Nya. Mereka akan berkelahi. Misalnya satu menghendaki matahari terbit dari timur, sementara yang satu menghendaki matahari terbit dari barat. Terjadilah perseteruan. Dan rusaklah alam.
Tenyata matahari terbit dari timur dan tenggelam di barat, dengan sangat teraturnya. Matahari tak pernah terlambat terbit. Matahari juga tak pernah bermain- main, berlari kesana- kemari di langit seperti anak kecil bermain bola atau petak umpet. Ia beredar di jalan yang ditetapkan tuhan untuknya. Dan selalu tenggelam di ufuk barat tepat pada waktunya. Keteraturan ini menunjukkan, Tuhan Ynag Maha menciptakan alam semesta ini adalah satu. Yaitu Allah Wa Jalla, Tuhan Yang Maha Kuasa.
Tuhan yang menciptakan alam semesta ini, yang tak terbatas kekuasaan-Nya itu memang tak mungkin berjumlah lebih dari satu. Sebab, seandainya tuhan lebih dari satu, lalu mereka sepakat menciptakan matahari, misalnya. Maka ada dua kemungkinan disana. Pertama, Tuhan yang satu menciptakan, sementara Tuhan yang lain berpangku tangan. Tidak berbuat apa- apa. Dengan begitu bisa berarti bahwa Tuhan yang tidak berbuat apa- apa itu tidaklah Tuhan yang berkuasa. Sia- sia saja ia jadi Tuhan. Sebab, pada saat matahari diciptakan, ia tidak berperan menciptakannya. Ia menganggur. Sama seperti makhluk yang menganggur. Jadi ia bukan Tuhan dan tidak bias disebut Tuhan.
Atau kemungkinan kedua, Tuhan- tuhan itu bekerja sama menciptakan matahari. Matahari diciptakan secara keroyokan. Jika demikian, jelas- jelas mereka bukanlah Tuhan Yang Maha Kuasa. Sebab mereka lemah. Bagaimana tidak, untuk menciptakan matahari saja mereka harus bekerjasama. Tidak bias menciptakan sendiri. Kekuasaan- Nya tidak mutlak. Yang terbatas kekuasaannya berarti lemah dan tidak layak disebut sebagai Tuhan.
Jika Tuhan itu lebih dari satu, bias saja terjadi pembagian tugas. Ada yang bertugas mencipta matahari, ada yang bertugas mencipta bumi, ada yang bertugas mencipta langit dan seterusnya. Jika demikian mereka bukan Tuhan Ynag Maha Kuasa. Sebab pembagian tugas itu menunjukkan kelemahan, menunjukkan ketidakmahakuasaan. Tuhan yang sesungguhnya adalah Tuhan Yang menciptakan dan menguasai seru sekalian alam. Tuhan yang menciptakan alam semesta ini dengan kekuasaan-Nya yang sempurna. Tuhan yang ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. Dan yang memiliki sifat maha sempurna seperti itu hanya ada satu, yaitu Allah Swt. Dialah Tuhan yang sesungguhnya. Sebab tidak ada yang memproklamirkan diri sebagai pencipta alam semesta ini kecuali hanya Allah Swt.
‘seandainya pada keduanya (di langit dan di bumi) ada tuihan- tuhan selain Allah, tentu keduanya telah binasa. Maha suci Allah yang memiliki ‘Arsy dari apa yang mereka sifatkan.”
( QS. Al- Anbiyaa’ : 22 )
Di atas pasir pantai yang putih, anak- anak asyik bermain kejar- kejaran. Ada juga yang bermain rumah- rumahan dari pasir. Di tangan anak- anak itu pasir- pasir putih tampak seumpama butir- butir emas yang lembut berkilauan diterpa sinar matahari senja.
Di beberapa tempat, di sepanjang pantai, sepasang muda- mudi tampak bercengkerama mesra. Diantara mereka masih ada yang membawa buku- buku tebal di tangan. Menandakan mereka baru saja dari kampus dan belum sempat pulang ke rumah. Suasana senja di pantai rupanya lebih menarik bagi mereka daripada suasana senja di rumah. Bercengkerama dengan pujaan hati rupanya lebih mereka pilih daripada bercengkerama dengan keluarga; ayah, ibu, adik dan kakak di rumah.
Dimana- mana muda- mudi yang sedang jatuh cinta sama. Senja menjadi waktu istimewa bagi mereka. Waktu untuk bertemu, saling memandang, duduk berdampingan dan bercerita yang indah- indah. Saat itu ada yang dalam hati dan pikiran mereka adalah pesona sang kekasih yang dicinta. Tak terlintas sedikitpun bahwa senja yang indah yang mereka lalui itu akan menjadi saksi sejarah bagi mereka kelak. ya, kelak ketika masa muda mereka harus dipertanggung jawabkan dihadapan Sang Pencipta Cinta. Dan jatuh cinta merekapun harus dipertanggungjawabkan dihadapan-Nya. Di hadapan pengadilan Dzat Yang Maha Adil, yang tidak ada sedikitpun kezaliman dan ketidakadilan disana.
0 komentar:
Post a Comment