Coret 15

Posted by Fursan Allail On 05:58 | No comments
(170313)


Kepada mereka yang 'getol' memburu dollar, meski libur menyapa. Hendaklah lemparkan handukmu, guna menatap cermin barang sejenak. Untuk mentadaburi pribadi masing2, dan menjawab pertanyaan simple ini; siapakah anda, darimana anda berasal, dan hendak kemana biduk kehidupan ini anda kendarai.

:::Episode Kaca2 Berdebu:::
— at Perkampungan Mujahidin Afghanistan
 
 
***
 
 
Seperti biasa, terjebak dalam dunia fiksi yang tersusun dari lembaran2 kusam nan usang. Rasanya memasuki labirin ilusi yang mempunyai 600 pintu tak tentu arah. Semakin kedalam semakin terjebak dalam dunia fantasi bernama buku ini. Tertawa sendiri, ketakutan, geregetan, kecewa, deg2an, ragu, cemas hingga luapan rasa gembira tatkala masalah terpecahkan.

Keasyikannya tak pernah bisa terangkai dengan kata2, hanya bisa dirasakan oleh mereka 'para pecinta buku', bukan hanya sekedar 'kutu buku'. Walaupun telah divisualisasikan kedalam 3Dimensi--layar lebar, namun sensasinya tak kan pernah terbantahkan. Seakan memiliki kekuatan tak kasat mata yang menarik para pembacanya kedalam intrik yang terbangun indah didalamnya, menyedot kita bagai mesin waktu, menjadikan kita sebagai salah satu lelakonnya.

Darinya kita bisa melihat keangkuhan kota2 di Eropa tanpa perlu berpayah2 menempuh jarak ribuan mil dengan burung besi. Berdasarkan tulisan yang termaktub didalamnya, bisa kita jumpai dan menelaah Firaun2 masa purbakala hingga jelmaan sosoknya pada masa sekarang ini.

Terserah kalian menyebut kami apa, culun, kutu buku, katrok, gak gaul, si mata empat, atau apalah, namun hal tersebut tak akan pernah mengurangi rasa cinta kami pada situs tertua di dunia ini.

:::Episode Kaca2 Berdebu:::

Now reading ||>> Libri di Luca (587 halaman)
Next ||>> The Hobbit (348 halaman)
 
 
***
 
 
(180313)
 
 
Dahulu, ada seorang pengusaha yang cukup berhasil di kota ini. Ketika sang suami jatuh sakit, satu persatu pabrik mereka dijual untuk biaya pengobatan hingga harta mereka habis terjual. Mereka harus pindah ke pinggiran kota dan membuka rumah makan sederhana. Sang suami pun telah tiada. Beberapa tahun kemudian rumah makan itupun harus berganti rupa menjadi warung makan yang lebih kecil sebelah pasar.

Setelah lama tak mendengar kabarnya, kini sang istri dibantu oleh anak dan menantunya menggelar tikar, berjualan lesehan di alun2 kota. Cucunya sudah beberapa. Orang2 pun masih mengenal masa lalunya yang berkelimpahan. Namun ia tak kehilangan senyumnya yang tegar saat meladeni para pembeli. Wahai ibu, bagaiamana kau sedemikian kuat?

"Harapan nak, jangan kehilangan harapan! Bukankah seorang guru dunia pernah berujar, karena harapanlah seorang ibu menyusui anaknya, karena harapanlah kita menanam pohon, meski kita tahu kita tak kan sempat memetik buahnya yang ranum bertahun-tahun kemudian. Sekali kau kehilangan harapan, kau kehilangan seluruh kekuatanmu untuk menghadapi dunia."

:::Episode Kaca2 Berdebu:::
— at Tepian Sungai Eufrat, Iraq
 
 
***
 
 
(190313)
 
 
Alkisah seorang pembuat jam tangan berkata kepada jam yang sedang dibuatnya,"Hai jam, apakah kamu sanggup berdetak paling tidak 31.104.000 kali selama setahun?" Ha, mana sanggup saya?" kata jam terperanjat.

"bagaimana kalau 86.400 kali dalam sehari?" "Delapan puluh enam ribu empat ratus kali? dengan jarum yang ramping-ramping seperti ini?" jawab jam penuh keraguan.

"Bagaimana kalau 3.600 kali dalam sejam?" dalam satu jam harus berdetak 3600 kali?banyak sekali itu." tetap saja jam ragu-ragu dengan kemampuan dirinya.

Tukang jam itu dengan penuh kesabaran kemudian bicara kepada si jam," kalau begitu, sanggupkah kamu berdetak satu kali setiap detik?" "Naaa..kalau segitu aku sanggup!" kata jam dengan penuh antusias.

Maka setelah selesai dibuat, jam itu berdetak satu kali setiap detik. Tanpa terasa deti demi detik terus berlalu dan jam itu sungguh luar biasa, karena ternyata selama satu tahun penuh dia telah berdetak tanpa henti. Dan itu berarti dia telah berdetak sebanyak 31.104.000 kali!!!

RENUNGAN :

Ada kalanya kita ragu-ragu dengan pekerjaan yang terasa begitu berat. Namun sebenarnya kalau kita sudah menjalankannya, kita ternyata mampu. Bahkan yang semula kita anggap impossible untuk dilakukan sekalipun.

Jangan berkata TIDAK sebelum anda pernah mencobanya.

:::Episode Kaca-kaca Berdebu:::
— at Perkampungan Mujahidin Afghanistan
 
 
***
 
 
Sejarah adalah sebuah wilayah yang dari dimensi waktu berada di bagian lalu. Ketika negara maju seperti amerika, jepang, dan negara-negara eropa sibuk dengan eksplorasi terhadap masa depan, sibuk membuat kalkulasi serta ramalan dengan jebolnya lapisan ozon, bagaimana membuat rancangan terhadap kesejahteraan umat manusia pada masa datang supaya anak cucu tidak menjadi penyangga dosa generasi lapis sebelumnya, sibuk mengeksplorasi luar angkasa dan mencari kemungkinan bertempat tinggal di planet lain selain bumi--- kita justeru sibuk dan terkagum-kagum dengan kebesaran Sriwijaya dan Majapahit.

Negara lain sibuk mengelola masa depan, sementara bangsa kita sibuk terlena mengagumi kebesaran masa silam yang telah TERBENAM di wilayah sejarah.

:::Kata sambutan Brigjen (purn) H.M. Lintang Waluyo dalam novel MAJAPAHIT karya Langit kresna hariadi:::
 
 
***
 
 
(200313)
 
 
# Kalian Cetak Kami Jadi Bangsa Pengemis, Lalu Kalian Paksa Kami Masuk Penjajahan, Kata Si Toni___ Karya Taufik Ismail

“Kami generasi yang sangat kurang rasa percaya diri
Gara-gara pewarisan nilai, sangat dipaksa-tekankan
Kalian bersengaja menjerumuskan kami-kami
Sejak lahir sampai dewasa ini
Jadi sangat tepergantung pada budaya
Meminjam uang ke mancanegara
Sudah satu keturunan jangka waktunya

Hutang selalu dibayar dengan hutang baru pula
Lubang itu digali lubang itu juga ditimbuni
Lubang itu, alamak, kok makin besar jadi
Kalian paksa-tekankan budaya berhutang ini
Sehingga apa bedanya dengan mengemis lagi

Karena rendah diri pada bangsa-bangsa dunia
Kita gadaikan sikap bersahaja kita
Karena malu dianggap bangsa miskin tak berharta
Kita pinjam uang mereka membeli benda mereka
Harta kita mahal tak terkira, harga diri kita
Digantung di etalase kantor Pegadaian Dunia

Menekur terbungkuk kita berikan kepala kita bersama
Kepada Amerika, Jepang, Eropa dan Australia
Mereka negara multi-kolonialis dengan elegansi ekonomi
Dan ramai-ramailah mereka pesta kenduri
Sambil kepala kita dimakan begini

Kita diajarinya pula tata negara dan ilmu budi pekerti
Dalam upacara masuk masa penjajahan lagi
Penjajahnya banyak gerakannya penuh harmoni
Mereka mengerkah kepala kita bersama-sama
Menggigit dan mengunyah teratur berirama
 
 
***
 
 
(210313)
 
 
Ketika orang lain berbicara sejuta basa, tetaplah anda bekerja. Cangkullah sawah itu dan taburi dengan benih. Ketika orang lain berdiam tak tahu harus berbuat apa, teruskan kerja anda. Siangi dan airi putik-putik yang baru bertunas itu.

Ketika orang lain saling tuding, saling hunus, bekerjalah dalam istirahat anda. Senandungkan seranai pengundang angin dan gerimis. Ketika orang lain terlelap pada tidur nyenyak mereka, jangan putuskan kerja anda. Bekerjalah dengan doa dan harapan;" Semoga ikhtiar ini menjadi kebaikan bagi segenap semesta."

Maka ketika orang lain tergugah dari peraduannya, ajaklah mereka untuk mengangkat sabit, memungut panen yang telah masak. Bila mereka tak jua berkenan, jangan kecil hati. Terus dan tetaplah bekerja. Bekerja, karena itulah yang semestinya kita lakukan.

Apapun yang terjadi di muka bumi, sang mentari tak berhenti sedetik pun dari kerja; mengipasi tungku pembakaran raksasanya; menebarkan kehangatan keseluruh galaksi. Maka tak ada alasan yang lebih baik untuk keberadaan kita disini, selain bekerja, mengubah energi hangat matahari menjadi kebaikan semesta.

:::Episode Kaca-kaca Berdebu:::
— at Perkampungan Mujahidin Afghanistan
 
 
***
 
 
Perlu saya tekankan sekali lagi; bahwa penting untuk selalu MEMBIASAKAN YG BENAR dari pada MEMBENARKAN YG BAIK DAN BIASA. Karena segala sesuatu yg baik belum tentu ia benar. Berbeda dengan sesuatu yg benar, sepahit apapun ia tetap akan menjadikan baik segala sesuatunya.
 
 
***
 
 
(220313)
 
 
Saat puing-puing itu pecah..
Saat suara penyeru-Nya diperdengarkan
Ketahuilah bahwa aku selalu menyebut namamu dalam do’aku
Dan rasa yang terpendam di hati..
Jiwa yang lama menanti
Akan sirna..
Karena cinta telah tumbuh di hati
Dan bukan untuk sekedar dihayati
Tapi di resapi..
Tak usah resah, tak usah gundah..
Karena di batas waktuku nanti..
‘Kan kujemput dirimu menjadi bidadariku..
Biar pun lama..
Namun tetaplah menanti…
 
 
***
 
 
Tiap orang punya ceritanya masing-masing. Tak akan pernah sama, tak akan pernah tertukar. Karena peluru yang bernama peluang menghampiri dan memberondong tiap individu dengan berbagai macam latar belakang serta keahlian yang berbeda.

Tak kenal mana yang pintar mana yang kurang pintar ketika di sekolah. Hanya kepada mereka yang punya nyali dan kejelian dalam membaca kehadirannya lah yang dapat memaksimalkan peluru tsb guna menciptakan senjata muktahir bergelar 'keberuntungan'.

Thanks for bos Soe Tanto atas sharingnya hari ini. Good luck and wish me too...
 
 
***
 
 
Menyesal tak pernah diawal. Selalu saja terjadi belakangan. Pabila terjadi barulah sadar. Ku menyesal.

(Desi Ratnasari)

Nasi sudah menjadi bubur. Tugas kita sekarang adalah bukan meratapinya, karena hal itu merupakan kesia-siaan belaka. Seperti yang pernah Aa' Gym bilang, tambahkan ke dalam bubur itu bawang goreng, ayam dan krupuk, hingga jadilah bubur ayam spesial, yang bisa mengundang dentangan perut2 yang sedang kelaparan, bukan lagi muka pias karena rasa bersalah.
 
 
***
 
 
(230313)
 
 
Kita rayakan sesuatu karena kita ciptakan hari besar. Kita heningkan diri karena kita tegakkan kesyahduan. Dan, semua itu kita rangkai dalam jalinan waktu. Maka, hanya mereka yang tak kenal akan waktulah yang terjerat dalam persoalan tiada ujung.

#Episode Kaca-kaca Berdebu
— at Tepian sungai Eufrat, Iraq
 
 
***
 
 
Kita rayakan sesuatu karena kita ciptakan hari besar. Kita heningkan diri karena kita tegakkan kesyahduan. Dan, semua itu kita rangkai dalam jalinan waktu. Maka, hanya mereka yang tak kenal akan waktulah yang terjerat dalam persoalan tiada ujung.

#Episode Kaca-kaca Berdebu
— at Tepian sungai Eufrat, Iraq
 
 
***
 
 
 
 
     
 
 
    

0 komentar:

Post a Comment