Coret 10

Posted by Fursan Allail On 04:20 | No comments
(100213)


Pagi menjelang bersamaan dengan terlelapnya rembulan. Seiring geliat wajah2 sayu dan sebongkah harapan. Agar hari ini tak sekuyup kemarin. Dan yang terjadi kemarin tetaplah kemarin. Tertelan seluruhnya, tak bersisa.

Sementara itu, mentari malu2 merekah, laksana burung raksasa yang merentangkan sayapnya. Memenuhi cakrawala dengan semburat cerah mengagumkan. Membuatku makin membulatkan tekad, bahwa masih ada hari yang patut dinikmati, disyukuri, dan ditaklukkan!!!

#Episode Sayap2 Fajar
— at Perkampungan Mujahidin Afganistan
 
 
***
 
 
Kita seringkali memposisikan ALlah seperti jin dalam lampu aladin. Tuhan adalah jin yang harus segera keluar dalam 2-3 gosokan doa, lantas berkata dihadapan kita," Salam tuan, apa yang tuan inginkan?" Dan dalam detik itu juga, permintaan itu sudah harus terkabul. Kita lantas kecewa, kesal dan marah ketika keinginan dan doa2 kita itu tak terwujud.

Posisi kita disisi Tuhan, tergntung bagaimana kita memposisikan Tuhan di hati kita.

#Episode Reduksi Mimpi
— at Tepian Sungai Eufrat
 
 
***
 
 
Sohib, close friend, teman dekat mungkin hanya tinggal pada buntut2 peradaban. Yang tertinggal hanyalah kepentingan dan 'sok' penting serta 'merasa penting'. Dikatakan teman dekat karena saking dekatnya mereka, sehingga tiada rasa canggung untuk berbagi. Disebut sahabat karib karena memang mereka adalah kerabat yang tak resmi, sehingga siap berbagi suka dan duka.

Dengan mengatasnamakan kesibukan, pekerjaan, event isteri, sebenarnya mereka sedang membuat spasi-jeda dari hubungan tak resmi ini. Membangun tembok pembatas dengan meletakkan batu bata pertama.

Dan hei, berapa sih harga SMS jaman sekarang ini? 2 juta? 5 juta? Mari instropeksi diri dengan tidak 'menyandera' sahabat kita atas nama kesibukan.

#Episode Remark the Friendship
 
 
***
 
 
(110213)
 
 
Kemenangan sejati bukanlah kemenangan atas orang lain. Namun kemenanngan atas diri sendiri. Jerih payah untuk mengalahkan orang lain sama sekali tak berguna. Motivasi tak semestinya lahir dari rasa iri, dengki atau dendam.

Pelari yang berlari untuk mengalahkan pelari lain, akan tertinggal karena sibuk mengintip lawan2nya. Sedangkan pelari yang berlari untuk memecahkan recordnya sendiri, tak peduli apakah pelari lain akan menyusulnya atau tidak. Tak peduli dimana dan siapa lawan2nya. Ia mencurahkan seluruh perhatian demi perbaikan catatannya sendiri.

Ia bertanding dengan dirinya sendiri, bukan orang lain. Karenanya, ia tak perlu bermain curang. Keinginan untuk mengalahkan orang lain adalah awal dari kekalahan diri sendiri.

#Episode PES 2013
— at Tepian Sungai Eufrat, Iraq
 
 
***
 
 
(120213)
 
 
Prasangka itu bagaikan sepatu yang nyaman dipakai, namun tak dapat digunakan untuk berjalan. Ia memberikan jawaban sebelum kita mengetahui pertanyaannya. Dan, seburuk2 jawaban adalah apaibila kita tidak mengetahui pertanyaannya.

Biarkan fakta yang tampak dihadapan kita, terima apa adanya. Jangan biarkan prasangka menyeret kita menuju ke jalan yang lain. Bila anda mengenakan kacamata, yang melihat tetaplah mata anda, bukan kacamata anda. Dan keadaan yang sebenarnya terjadi adalah apa yang berada di balik kacamata. Bukan yang terpantul pada cermin kacamata anda.

Demikian pula halnya dengan diri anda, yang sesungguhnya melihat adalah hati anda melalui mata anda. Prasangka itu adalah debu2 pikiran yang mengaburkan pandangan hati, sehingga anda tak mampu melihat dengan baik.

Usaplah prasangka sebagamana anda menyingkirkan debu dari kacamata, agar kita bisa melihat lebih jelas dan lebih jernih lagi.

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain” [Al-Hujurat : 12]

#Episode Bening Hati
— at Perkampungan Mujahidin Afganistan
 
 
***
 
 
Malam ini salju turun dengan deras. Menuruni bukit-bukit ego, sempurna menutup kaki langit qalbu. Mendinginkan suasana yang semula panas, penuh amarah, emosi yang memuncak. Memutihkan hati yang semula legam, tertutup kerikil2 jaman, tajam melukai jiwa. Menyembuhkan lara yang tersayat duri, merasuk ke ulung hati, nyeri tak terperi.

Perlahan namun pasti, menghapus ingatanku akanmu. Menghapus tarian wajahmu di pelupuk mataku. Menghapus syair sendu tawa candamu. Menghapus liar binar tatapan matamu. Menggantinya dengan sesuatu yang baru, teman2 baru, sahabat2 baru, ilmu2 baru, serta penemuan2 baru lainnya yang membuatku mampu, menggantikan sosok indahmu dengannya.

Selamat datang musim salju, semoga keindahan mu yang sementara, tak membuatku terlena, guna menyiapkan bekal untuk menyambut musim selanjutnya, musim semi.
 
 
***
 
 
(130213)
 
 
"Engkau baru bisa mensyukuri hidup bila pernah mempertaruhkannya...."

(Anonim)
 
 
***
 
 
Apa yang bisa kau lihat dalam kegelapan? Tidak ada. Bahkan sepasang mata yang sehat pun tak akan berguna. Namun kamu masih punya telinga untuk meraba desau angin. Dan, bagaimana jika itupun tak berfungsi sebagai mana mestinya, tuli? Otomatis kau pun akan bisu dengan sendirinya.

Buta, Tuli, dan Bisu. Lalu, bagaimana cara berkomunikasi dengan sekitar? Menamai benda2, mengetahui fungsinya? Ini sendok untuk makan, minum air ketika haus, dan itu api yang dapat membakar.

Berbahagialah bagi mereka yang 'masih dipercayai' anugerah bernama kesehatan. Karena dengannya kita bisa mensyukuri hari yang telah berlalu, sedang berlangsung, dan yang akan datang.

#Terinspirasi Film BLACK, yang dibintangi amitabh bachan dan rani mukherje
 
 
***
 
 
(140213)
 
 
Pujian mungkin bisa menumbuhkan kepercayaan diri. Namun pujian adalah rangkaian kata2 yang harus diwaspadai. Ketika kita menerima pujian, maka dalam hati akan merasa tersanjung, mengangguk2 dan membenarkannya. Sesaat kasadaran lenyap, terbuai oleh perasaan yang luar biasa nikmat. Ini keruntuhan pertama.

Berhati2 lah dengan pujian. Perlakukan ia seperti anda melihat ular berkulit indah, namun menyemburkan racun. Keruntuhan selanjutnya terjadi bila kita mulai berkarya karena mengharap pujian.

Bekerja dan berkaryalah dengan tulus. Siapkan keranjang sampah besar untuk menyingkirkan semua pujian yang datang. Anda sama sekali tak memerlukan pujian, bila anda ingin menjadi diri sendiri seutuhnya.

#Episode Tetap Membumi
— at Tepian Sungai Eufrat, IRAQ
 
 
***
 
 
(150213)
 
 
Bila anda tak mencintai pekerjaan anda, maka cintailah orang2 yang bekerja disana. Rasakan kegembiraan dari pertemanan itu. Dan, pekerjaan pun jadi menggembirakan. Bila anda tak bisa mencintai rekan2 kerja anda, maka cintailah suasana dan gedung kantor anda. Ini mendorong anda bergairah untuk berangkat bekerja dan melakukan tugas2 dengan lebih baik lagi.

Bila toh anda tidak bisa juga melakukannya, cintai setiap pengalaman pulang-pergi dari dan ke tempat kerja anda. Perjalanan yang menyenangkan menjadi tujuan tampak menyenangkan juga. Namun, bila anda tak menemukan kesenangan disana, maka cintai apa yang bisa anda cintai dari kerja anda; tanaman diatas meja, cicak didinding, atau bisingnya suara mesin pabrik. apa saja.

Bila anda tak menemukan apa yang bisa anda cintai dari pekerjaan anda, maka mengapa andaada disitu? Tak ada alasan untukmu untuk tetap bertahan. Cepat pergi dan carilah apa yang anda cintai, lalu bekerjalah disana. Hidup hanya sekali, tak ada yang lebih indah selain melakukan segala sesuatu dengan rasa cinta yang tulus.

#Episode Menenangkan Diri Sendiri
— at Tepian Sungai Eufrat, IRAQ
 
 
***
 
 
Melukis senja diufuk barat, diiringi alunan sendu ratu rock negeri jiran, ELLA. Sesekali sumbang suara mengiringi lengkingan paraunya. Menerbangkan ingatan ke masa lampau. Masa2 berbaju putih merah, disuatu tanah lapang, penuh tenda pramuka. ditengah2nya ada api unggun, menyanyikan lagu-nya bersama tepukan meriah para pinru. Ah,,,kemegahan masa lalu, hanya kisi2 kilatan pikiran, berkelebat bermunculan dikala sepi menerpa. Sungguh indahnya....
 
 
***
 
 
Bagi seorang Ibu, kelahiran kita, anaknya, disisinya adalah muara segala terima kasihnya. Meski ia tak pernah tahu, kelak akan seperti apa kita, anak-anaknya, tapi ibu telah berterima kasih sejak kali pertama kita hadir ke muka bumi ini. Terima kasih itu terus dan terus ia berikan, bahkan sebelum kita bisa berbuat apa-apa.

Bagaimana bisa, ibu masih saja berterima kasih pada kita, anak-anaknya. Padahal yang telah ia berikan pada kita sungguh tak terkira. Membalas segala kebaikan ibu sudah selayaknya, tapi bagaimana bisa? jelas tak mungkin bila ukurannya sebanding. Tapi, ibu memberi tanpa mengharap balasan, maka dia tak pernah menuntut. Sebaliknya, Ibu selalu mengapresiasi apa yang kita coba berikan, meski itu sepele dan tak bernilai.

Seharusnya kita yang berterima kasih kepada ibu. Meski itu hutang yang tak akan pernah lunas. Dengan kata atau tindakan, bakti atau penghormatan, bahkan dengan apapun. Ibu adalah mata air kebajikan, yang memenuhi seluruh relung hidup kita. Dari awal hingga akhirnya. Tetapi kenyataannya justru ibu masih saja dan selalu tak pernah lupa berterima kasih kepada kita.

"Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya (al walidain); ibunya (al umm) telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah." (QS. Luqman : 14)

#Dikutip dari Majalah Tarbawi Edisi Khusus
 
 
***
 
 
Dialog antara Siang dan Malam

Siang pernah berbangga dihadapan malam. Katanya, “Saya adalah waktu penuh aktivitas, saat manusia bekerja, membangun, dan tumbuh. Bahkan, sayalah kehidupan sebenarnya. Di waktu sayalah, Allah swt memenangkan pasukanNya di banyak zaman. Dalam rentang waktu saya, ada banyak umat Islam yang meraih kemenangan, ada banyak berita tentang pertolongan Allah. Bahkan Allah swt bersumpah dalam Al Qur’an dengan menyebutku.. ” Wan nahaari idzaa tajalla…” Dan demi siang ketika beranjak naik…”

Siang benar-benar membanggakan diri di hadapan ketenangan dan sikap diam malam. Kepada malam, ia mengatakan ” Engkau adalah waktu kemalasan, waktu berat untuk beraktivitas. Sebagian waktumu diisi oleh orang-orang yang tidur mendengkur. Engkau benar-benar ruang yang memunculkan rasa takut. Para pencuri itu senang dengan kehadiranmu. Mereka yang melakukan banyak dosa juga gembira dengan kedatanganmu,” ujar siang

Malam kemudian berusaha menjawab perkataan siang. Ia mengatakan, ” Saya adalah waktu ketenangan, dan waktu istirahat. Allah swt menjadikanku sebagai tempat istirahat dan selimut bagi hamba-hamba-Nya. Aku adalah tempat para hamba Allah, orang-orang yang berbakti. aku punya banyak kisah tentang kehidupan mereka. Berapa banyak kegembiraan para nabi, para muttaqin, para shalihin dengan kehadiran saya. Berapa banyak kegelapanku yang digunakan para pejuang untuk berlindung dari pantauan musuh. Waktu-waktu sahurku adalah kenikmatan bagi orang-orang yang mengenal Allah, kelezatan bagi orang-orang yang takut pada-Nya, dan saat kembalinya orang-orang yang telah berlaku dosa. Allah swt juga berfirman didalam Al Qur’an dengan namaku. Bahkan aku dijadikan salah satu nama surat didalam Al Qur’an. Di sepertiga waktuku, Allah swt turun ke bumi.

Mendengar jawaban malam, siang tertunduk malu dan akhirnya mengangkat kepalanya sambil mengakui keutamaan malam….



Sumber : Tarbawi, edisi 213 th.11 dzulqa’dah 1430 H
 
 
***
 
 
(160213)
 
 
"Tidaklah seorang muslim yang mempunyai kedua orang tua, kemudian pada waktu pagi ia lakukan kebaikan kepada keduanya, kecuali Allah akan bukakan untuknya kedua pintu surga. Dan ketika sore hari ia masih melakukan kebaikan kepada kedua orang tuanya, kecuali Allah bukakan lagi untuknya dua buah pintu surga."

(HR. Al Baihaqi).

Hal itulah yang menyebabkan pecahnya tangisan Iyas bin Muawiyah rahimahullah. Sebab, tatkala ibunya meninggal dunia, ia menangis dan ditanya,"Mengapa engkau menangis ?" Ia menjawab,"Aku memiliki dua buah pintu yang terbuka untuk menuju surga dan sekarang salah satu pintu tersebut sudah tertutup."

Mari saudaraku,
Sebelum kedua pintu itu tertutup....

#Episode Birrul Walidain
— at Perkampungan Mujahidin Afganistan
 
 
***
 
 
According to all known laws of aviation,
There is no way that a bee should be able to fly,
Its wings are too small to get its fat little body off the ground,
The bee, of course, flies anyway,
Because bees dont care what humans think is impossible

Menurut semua hukum penerbangan,
Lebah seharusnya tak dapat terbang,
Sayapnya terlalu kecil untuk dapat mengangkat tubuhnya dari tanah,
Nyatanya lebah dapat terbang,
Karena lebah tak peduli apa yang menurut manusia mustahil,

#Opening Film Bee
 
 
***
 
 
           
 
 
 
 
 
 
 

0 komentar:

Post a Comment